23 Mei 2012

Siapa yang menyangka hanya berawal dari keluhan kesemutan, si kecil Azka kini harus terbaring dan bernapas dengan bantuan ventilator. Anak balita berusia empat tahun ini didiagnosis menderita guillain barre syndrome (GBS) atau kerap dikenal dengan lumpuh layu.

"Awalnya, Azka mengeluh kakinya kebas dan pegal. Setelah dipijit dan diberi susu oleh ibunya, ia tidur kembali. Paginya, Azka mengeluh tangannya kaku dan langsung dibawa ke rumah sakit," tutur ayah Azka, Anto Ariyanto, di Jakarta, Minggu (7/8/2011).


Penyakit ini pertama kali ditemukan atas dasar hasil penelitian JA Barre dan GC Guillain pada tahun 1916. Pada penderita penyakit ini, terjadi gejala kerusakan syaraf yang mengakibatkan kelumpuhan. Kerusakan syaraf ini disebabkan oleh daya tahan tubuh berlebih yang menyerang susunan syaraf tepi.

Sampai saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang menjelaskan penyebab utama munculnya GBS. Bahkan umumnya, penyakit ini menyerang orang dewasa dengan kisaran umur 40 tahun ke atas.

Tanda-tanda awal dari penyakit ini adalah kesemutan, pegal-pegal, kehilangan kemampuan membedakan temperatur, pusing, muntah-muntah, gangguan pencernaan bahkan gangguan pernapasan. Namun, penyakit ini bukan merupakan penyakit menular ataupun turunan.

Selain Azka, si kecil Shafa juga menderita penyakit serupa dengan gejala gangguan pencernaan yaitu diare. Setelah tiga hari mengalami diare, perlahan Shafa mulai kesulitan bernapas.

"Sejak 17 Oktober tahun lalu, Shafa mulai dirawat. Awalnya diare, pelan-pelan penyakit itu menjalar sampai susah bernapas dan pakai ventilator sampai sekarang," ungkap ayah Shafa, Zulkarnain Febriansyah.

Namun dua anak balita ini memiliki harapan untuk sembuh melalui perawatan yang intensif. Berdasarkan data dari berbagai jurnal penelitian kedokteran hanya tiga sampai empat persen penderita GBS tidak dapat diselamatkan karena tidak menjalani perawatan yang serius. Untuk perawatan intensif ini, tentunya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Penderita penyakit ini membutuhkan obat yang mengandung immune-globuline yang bernilai puluhan juta rupiah. Bahkan biaya untuk ventilator juga tidak murah. Seperti diberitakan, biaya perawatan Azka sudah mencapai Rp 100 juta.

Sementara Shafa Azalia yang hampir 10 bulan dirawat di RS St Carolus, Jakarta, sejak 17 Oktober 2010, biaya perawatannya mencapai Rp 600 juta. Bahkan orangtua Shafa masih berutang Rp 300 juta ke RS St Carolus. Sejak Agustus lalu, kedua anak balita ini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.


Sumber: health.kompas.com